17 Jun 2020 - 412 View
Jakarta, RedaksiDaerah.com - Pancasila sejak dulu sudah bersemayam di dalam batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Masyarakat Indonesia sudah merasakan hidup dan kehidupan bersama Pancasila semenjak bangsa ini merdeka.
Organisasi Masyarakat Dewan Pengurus Pusat Pembela Kesatuan Tanah Air Indonesia Bersatu (Ormas DPP Pekat IB) secara tegas menolak Rancangan Undang-Undang Haluan Idiolagi Pancasila (RUU HIP).
Ketua Umum Pekat IB, H. Markoni Kotto, SH menegaskan bahwa pihaknya tidak menerima RUU HIP. Sebab Pancasila itu sudah termaktub dalam batang tubuh UUD 1945.
“Saya minta kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR) agar revisi RUU HIP dihentikan, karena tidak sesuai dengan rumusan para pendiri republik ini,” tegas Markoni kepada awak media, Selasa (16/06/20).
Markoni mengakui, pihaknya menolak RUU HIP karena tidak mencantumkan TAP MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Larangan Ajaran Komunisme atau Marxisme-Leninisme.
“Maka itu DPP Pekat IB menyerukan agar seluruh masyarakat, generasi muda bangsa Indonesia yang masih memiliki jiwa patriotik agar bersikap lebih tegas untuk menolak RUU HIP yang berbau komunisme dan atau sosio-marxisme ini,” tegas dia.
Markoni Koto menilai, RUU ini isinya tidak ada siapa melakukan apa tetapi benar-benar seperti asas-asas. Bukan berarti melanggar hukum melainkan menjadi tidak operasional. Satu-satunya yang operasional hanya soal BPIP.
“Makanya apabila hal ini merupakan politik hukum RUU HIP sebagai otak kelembagaan BPIP. Ya, silakan bentuk saja RUU tentang BPIP. Jadi tidak ada pasal-pasal tertentu yang saya tolak, tapi RUU ini tidak perlu, karena tidak urgen dan tidak operasional,” tegas Pria asal Minang ini.
Melalui RUU HIP yang akan mengatur dan mengutak-atik Pancasila, bahkan mereduksi Pancasila menjadi trisila dan seterusnya menjadi ekasila menorehkan pertanyaan dari Pekat IB adalah siapa yang berada dibelakang konsep ini dan apa tergetnya, serta akan dibawa kemana negara ini??
“Konsep trisila ini dinilai sebagai degradasi konsep ketuhanan yang harus tunduk kepada manusia, dan seterusnya Eka Sila yang menafikan keberadaan Tuhan. Sementara konsep ekasila menunjukkan gotong royong. Makhluk yang hidupnya bergotong royong adalah manusia. Jadi di dalam konsep ekasila ini yang menjadi penentu dan yang ingin mereka usahakan untuk benar-benar menjadi maha penentu di negeri ini adalah manusia, tidak ada lagi Tuhan, ini bukan saja akan melahirkan negara sekuler, tapi sempurna sebagai negara atheis,” terang Markoni.
-Randa-
1
0
0
0
0
0