9 Agt 2020 - 147 View
Selama Pandemi Covid-19,Para Petani Tanah Karo Merugi
Karo-Sumut
Redaksidaerah.com
Hampir lima bulan ini kami mengalami kerugian yang tak sedikit,setiap yang kami tanam merugi,harga-harga hasil pertanian anjlok,belum lagi pupuk subsidi sulit dipasaran,terpaksa kami beli pupuk yang mahal,tentu dengan keadaan ini,modalpun tak balik,kami betul-betul mohon perhatian Pemerintah kepada kami.
Keadaan semakin sulit dengan kembalinya Gunung Sinabung Erupsi seperti sekarang ini,tanaman kami hangus terkena abu vulkanik,kami ini bagaikan sudah jatuh tertimpa tangga,ujar seorang ibu Br Sitepu sembari
memperlihatkan sayur bunga kolnya yang dipenuhi abu vulkanik kepada awak media ini pada Sabtu 08 Agustus 2020 sore di Pajak Roga/Pasar Roga Berastagi,Kecamatan Berastagi,Kabupaten Karo,Sumatera Utara.
Sementara itu Ernata Br Tarigan seorang pengoper barang yang biasa mengirimkan hasil sayur mayur dari Tanah Karo keluar daerah juga mengatakan,dalam beberapa bulan terakhir akibat adanya Pandemi Corona ini,ia juga merugi hingga puluhan juta rupiah,karena barang yang sudah dibelinya tidak bisa dikirim karena adanya larangan keluar masuk orang dari dan keluar Tanah Karo,mengingat sekarang Tanah Karo masuk zona merah dalam kasus Covid-19,sementara itu perhatian Pemerintah kepada para pengoper dan pekerja di Pasar Roga ini sama sekali tidak ada, belum ada bantuan sebutir beraspun dari Pemerintah Karo kepada kami,kalau begini kami bisa mati kelaparan Pak Bupati,...!!! Ujarnya sedih.
Dari pantauan awak media ini dilapangan,hasil pertanian yang menumpuk di Pasar Tradisional ini harganya memang cukup murah,bunga kol yang biasanya rp 12.000 sekarang hanya ditawarkan rp 2500,Wortel hanya rp 1500,cabe merah biasanya rp 30.000 sekarang hanya rp 15.000 bahkan pernah hanya rp 5000,sementara kol bulat sama sekali tak ada harganya,ditawarkan rp 200 saja tak ada yang mau membelinya,sungguh ironis...
Tanah Karo dikenal penghasil sayur mayur terbesar untuk Wilayah Sumatera Utara,maka tak heran para petaninya dikenal dengan julukan petani berdasi,tapi sejak adanya Covid-19,roda perekonomian di Tanah Karo seakan berhenti berputar,karena petani jeruk yang dulu bisa mengirimkan jeruknya ke Jakarta bahkan Luar Negeri,sekarang harus rela melihat jeruk mereka berjatuhan dari pohonnya akibat harga murah dan tak ada pembeli yang datang,semoga Wabah Corona ini cepat berlalu dan petani Karo bisa tersenyum lagi.
Lia Hambali
0
0
0
0
0
0