22 Apr 2021 - 149 View
Surabaya, RedaksiDaerah.com - Usai melaporkan Bantuan Sosial Tunai (BST) ke Polisi, sejumlah warga Desa Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat mendapat ancaman oleh Orang Tak Kenal (OTK).
Ketua DPD RI., AA La Nyalla Mahmud Mattalitti meminta Polisi segera mengusut kasus ini dan menangkap pihak pengancam warga Klapanunggal yang kebanyakan ibu-ibu itu.
Menurutnya, pelaporan yang dilakukan warga Klapanunggal atas pemotongan BST sudah benar.
"Jika ada pemotongan dana BST memang harus dilaporkan karena aturannya tidak boleh ada pemotongan apapun dan para pelapor ini diancam orang tidak dikenal di media sosial Facebook," ungkap La Nyalla di sela-sela masa reses di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (22/04/21).
Ancaman diterima para pelapor BST melalui Facebook setelah sejumlah warga Klapanunggal membuat laporan ke Polres Bogor, Senin (19/04/21) lalu. Mereka ramai-ramai membuat laporan lantaran BST yang menjadi haknya dipotong 50%. Warga yang seharusnya mendapat Rp.600.000,- (enam ratus ribu rupiah), hanya menerima setengahnya, atau Rp.300.000,- (tiga ratus ribu rupiah).
Warga mengaku tidak mengenal siapa pengancam mereka. Namun para ibu ini mengaku ketakutan, sebab ancaman itu bernada kekerasan. Inilah alasan mereka melaporkan ancaman tersebut ke Polisi.
"Polisi harus menyelidiki pemilik akun yang mengancam warga dan segera menangkapnya. Ingat, komentar yang bernada ancaman di media sosial (medsos) bisa dipidanakan karena melanggar Pasal 29 UU ITE," ucap mantan Ketum PSSI tersebut.
La Nyalla juga meminta Polisi memastikan keselamatan para warga yang melaporkan adanya pemotongan BST. Ia menyebut, perlu dilakukan patroli khusus di lingkungan Klapanunggal.
"Karena sudah ada ancaman, Polisi perlu melakukan langkah antisipasi. Jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap para warga yang melaporkan adanya pemotongan BST," kata La Nyalla.
Senator Jawa Timur ini pun mengapresiasi keberanian warga Klapanunggal yang melaporkan pemotongan dana BST dan ancaman yang mereka terima. La Nyalla menilai, sudah ada kedewasaan hukum di tengah-tengah warga.
"Ini artinya informasi dari Pemerintah sampai di tengah-tengah masyarakat. Warga sudah melek informasi dan merasa nyaman dengan pihak Kepolisian. Mereka tak segan datang untuk meminta perlindungan ke Polisi, kita harus apresiasi langkah para ibu-ibu ini," ujar La Nyalla.
Meski begitu, Ketua Dewan Kehormatan Kadin Jawa Timur mengakui masih banyak warga yang enggan melaporkan pemotongan BST karena menilai laporan mereka tidak akan ada penyelesaian.
Oleh karenanya, ia berharap kepada pihak Kepolisian untuk menggiatkan sosialisasi kepada warga agar tidak takut melaporkan jika menjadi korban pungutan liar (pungli) atau pemotongan BST.
"Di sini peran polisi sangat penting. Polisi harus menindaklanjuti setiap laporan agar warga merasa dilindungi dan diberikan rasa adil. Ini menyangkut kepercayaan publik kepada Polri," ujar La Nyalla.
Lulusan Universitas Brawijaya Malang ini lantas mengajak kepada seluruh warga untuk tidak takut melapor bila menemukan kasus pungli atau pemotongan BST.
La Nyalla juga mengingatkan kepada pihak yang memanfaatkan BST sebagai lahan mencari uang untuk tidak meneruskan niatnya.
"Laporkan bila menjadi korban atau menemukan kasus pemotongan BST, pungli, dan perbuatan yang merugikan lainnya. Memanfaatkan BST untuk mencari keuntungan sudah dipastikan bukan uang halal, jangan dilakukan!" tegas La Nyalla.
La Nyalla mengingatkan, pelaku pemotongan uang bantuan sosial bisa terjerat dalam kasus korupsi. Ancamannya pidana seumur hidup atau dipenjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun penjara. Selain itu juga ada denda paling sedikit Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).
Sumber : Relis
Editor : Robbie
1
0
0
0
0
0