4 Okt 2025 - 157 View
Agam – RedaksiDaerah.com — Jumlah korban keracunan usai menyantap menu Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Agam terus bertambah sejak Rabu (1/10). Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Agam bahkan menetapkan kasus ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Data terbaru dari Dinas Kominfo Agam pada Kamis (2/10) mencatat, korban keracunan meningkat dari 86 menjadi 110 orang, terdiri dari siswa TK, SD, SMP, serta guru dan anggota keluarga.
Sebagian besar korban sudah diperbolehkan pulang setelah mendapat perawatan, namun 31 orang masih menjalani perawatan intensif. Mereka dirawat di beberapa fasilitas kesehatan, yakni 24 orang di RSUD Lubuk Basung, tiga di RSIA Rizki Bunda, tiga di Puskesmas Lubuk Basung, dan satu di Puskesmas Manggopoh.
Bupati Agam: Biaya Perawatan Ditanggung Pemkab
Bupati Agam, Benni Warlis, mengonfirmasi jumlah korban mencapai 110 orang. “Korban terdiri dari pelajar TK, SD, SMP, hingga keluarga mereka. Dari jumlah itu, 31 orang masih dirawat di RSUD Lubuk Basung. Karena sudah ditetapkan sebagai KLB, seluruh biaya perawatan ditanggung Pemkab,” ujar Benni di Padang, Kamis (2/10).
Ia menambahkan, pemerintah telah mengambil langkah investigasi dengan menguji sampel makanan MBG yang dikonsumsi korban. “Sampel sisa makanan dan simpanan di SPPG telah dibawa ke laboratorium BPOM untuk diteliti,” jelasnya.
7 Dapur MBG Tidak Bersertifikat
Benni juga mengungkapkan adanya tujuh dapur MBG atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tidak memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS).
“SPPG yang belum bersertifikat kami minta dihentikan sementara. Kami sudah melapor ke Badan Gizi Nasional (BGN). Pemkab siap memfasilitasi proses sertifikasi agar segera selesai,” tegas Benni.
Gubernur Sumbar Hentikan Operasional SPPG Kampung Tangah
Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah, memerintahkan penghentian sementara dapur MBG di Nagari Kampung Tangah, Kecamatan Lubuk Basung. Keputusan itu diambil usai ratusan siswa diduga keracunan.
“Operasional dapur SPPG di daerah itu dihentikan sementara. Satgas MBG akan melakukan investigasi menyeluruh untuk memastikan penyebab kasus,” kata Mahyeldi dalam rapat koordinasi pelaksanaan MBG di Padang, Kamis (2/10).
Ia menegaskan, kasus di Agam menjadi momentum untuk evaluasi total pelaksanaan MBG agar kejadian serupa tidak terulang.
Anggaran MBG Dinilai Lebih Besar dari Dana Desa
Mahyeldi memaparkan, biaya produksi satu dapur MBG mencapai Rp45 juta per hari, atau sekitar Rp900 juta per bulan. Dalam setahun, anggaran dapur MBG mencapai Rp10,8 miliar, jauh lebih besar dari dana nagari yang rata-rata hanya Rp1 miliar per tahun.
“Di Sumbar, satu dapur melayani dua nagari. Dari total 120 dapur, baru 84 yang beroperasi. Ke depan, kebutuhan dapur MBG diharapkan bisa disuplai dari produksi pangan masyarakat nagari,” ungkapnya.
Pentingnya Standar Higienis
Mahyeldi menekankan agar seluruh pihak memastikan standar higienis dalam penyajian makanan MBG. “Setiap anak harus mendapat makanan sesuai standar. Saya minta Bupati, Wali Kota, dan Satgas MBG memperketat pengawasan,” tegasnya.
Rapat koordinasi tersebut dihadiri Forkopimda Sumbar, bupati/wali kota, Satgas MBG se-Sumbar, serta Kepala Kantor Pelayanan Pemenuhan Gizi wilayah Riau, Kepri, dan Sumbar, Syariwidya.
31 Korban Masih Dirawat
Sekda Kabupaten Agam, Muhammad Lutfi Ar, menyebutkan korban yang masih dirawat terdiri dari pelajar, guru, serta anggota keluarga siswa dari Nagari Manggopoh dan Kampung Tangah.
“Sebanyak 31 korban masih menjalani perawatan intensif di tiga fasilitas kesehatan hingga Kamis (2/10),” katanya.
----
Reporter: TIM
Editor: Fernando Stroom
0
0
0
0
0
0